Berbagi Ilmu dalam Satu Dimensi Mengorbit Bersama BAHASA INDONESIA

Minggu, 09 Juni 2013

Konsep Dasar Pragmatik


          Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya. Konsep-konsep dalam pragmatik di antaranya yaitu konteks. Konteks merupakan sesuatu yang menjadi sarana untuk memperjelas suatu maksud tuturan dalam wacana. Dalam konteks terdapat topik yang mendasari sebuah wacana. Dalam pragmatik terdapat beberapa analiasis di antaranya adalah analisis tujuan cara yaitu analisis yang menggambarkan keadaan awal sebagai masalah. Terdapat pula analisis heuristik yaitu analisis yang mengidentifikasi data pragmatik sebuah tuturan untuk menginterpretasikan sebuah tuturan.
          Dalam pragmatilk terdapat struktur wacana atau urutan komponen wacana yang bermula dari yang paling kompleks ke yang kurang kompleks karena variasi susunan unsur-unsur struktur wacana lebih besar dari pada struktur kalimat. Dalam penerapan pragmatik terdapat presuposisi atau praanggapan. Praanggapan adalah  dasar yang digunakan penutur sebagai acuan bagi penutur yang lain dan mengacu kepada makna tersirat yang ”mendahului“ makna kalimat yang terucapkan (tertulis). Contohnya terdapat kalimat “Bukunya hilang”. Makna lain yang bisa ditangkap, yaitu ‘dia mempunyai buku.’ Inilah yang disebut praanggapan. Untuk membuktikannya, kita dapat menggabungkan keduanya dengan menempatkan praanggapan di depan ujaran tadi menjadi: “Dia mempunyai buku, bukunya hilang”. Selain itu terdpat pula implikatur yaitu asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh penutur lainnya. Contoh :
A : Jam berapa sekarang?
B : Adzan Maghrib telah terdengar

          Ujaran A dan B tidak memiliki keterkaitan, karena A menanyakan kepada B mengenai jam berapa sekarang , sedangkan B berbicara tentang adzan maghrib. B menjawab seperti itu karena B beranggapan bahwa A mengetahui pukul berapa adzan maghrib berkumandang. Jadi implikatur dalam pragmatik merupakan sejenis makna yang terkandung dalam cakapan yang dipahami oleh masing-masing partisipan.
          Deiksis merupakan suatu cara untuk mengacu ke maksud tertentu dengan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan. Dieksis merujuk pada dua cara yaitu anaforis dan kataforis. Anaforis yaitu tuturan yang merujuk ke belakang, misalnya penggunaan kata tersebut. Sedangkan kataforis tuturan merujuk ke depan, misalnya penggunaan kata berikut. Prinsip kerjasama adalah prinsip kelancaran dalam proses komunikasi antara seorang penutur cengan mitra tuturnya. Prinsip kerjasama dibagi menjadi tiga yaitu maksim kualitas, kuantitas, dan cara. Maksim kualitas yaitu maksim yang mengharuskan penutur mengucapkan tuturannya berdasarkan kenyataan dan disertai bukti-bukti. Sedangkan maksim kuantitas yaitu maksim yang mengharuskan penutur memberikan informasi yang diperlukan atau seinformatif mungkin sehingga tidak melebihi informasi yang diperlukan. Lain lagi dengan maksim cara yaitu maksim yang mengharuskan penuturnya menjelaskan tuturan secara jelas, padat, dan tidak ambigu.
          Konsep pragmatik yang terakhir adalah tindak tutur. Tindak tutur adalah kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu yang menitikberatkan kepada makna atau arti tindak. Tindak tutur dibedakan menjadi tiga yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah makna yang dikatakan sesuai dengan ujaran. Sedangkan ilokusi adalah makna yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya, perlokusi adalah makna yang diinginkan oleh penutur. Contohnya Y berkata ‘aku lapar’. Dalam tindak lokusi ‘Aku’ diartikan sebagai Y dan ‘lapar’ diartikan ingin memakan sesuatu. Akan tetapi dalam tindak ilokusi ujaran Y diartikan bahwa Y meminta makan. Sedangakan dalam tindak perlokusi, MT (Mitra tutur) mengambil tindakan atas ujaran dari Y yang ingin makan, jadi MT mengambilkan makanan untuk Y.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar